Kamis, 15 Desember 2011

Formalisme dalam Sastra

Formalisme
          Secara etimologi, formalisme berarti wujud atau benda sedangkan dalam ilmu sastra, teori formalisme  merupakan teori yang mengkaji   karya sastra dengan mengutamakan  bentuk karya sastranya daripada isiya  dan tidak berhubungan dengan unsur sejarah, biografi, konteks budaya dan sebagaiya. Bentuk karya sastra yang dianalisa seperti, kata-kata formal dan tehnik pegucapan, meliputi ritma, rima, aquistik, aliterasi, asonansi.
            Tokoh – tokoh teori  formalisme berasal dari Rusia dan  menamakan dirinya Opayaz. Tokoh teori formalisme sempat berpengaruh pada tahun sekitar tahun 1914-1930an.  Tokoh formalis yang terkenal antara lain adalah Victor Shklovsky, Boris Eichenbaum, Roman Jakobson, Leo Jakubinsk dan Yury Tynyanov .
            Konsep yang mendasari studi kaum atau tokoh  formalisme ialah tidak berfokus  pada “bagaimana sastra dipelajari” melainkan “apa yang sebenarnya menjadi persoalan pokok dari studi sastra itu sendiri”. Konsep formalisme sebagaimana yang katakan oleh Jokobson “objek ilmu sastra bukanlah kesusastraan melainkan kesastraannya―yaitu yang menjadikan sebuah karya bisa disebut sebagai karya sastra.”  Boris Eichenbaum juga mengatakan bahwa karakteristik dari kaum formalis hanya berusaha mengembangkan ilmu sastra secara tersendiri, yang studinya lebih dikhususkan pada bahan - bahan kesastraan.;mereka hanya menyarankan untuk mengenali fakta – fakta teoritis yang tersimpan dalam seni sastra. Itulah perkataan dari beberapa para tokoh formalis.
            Konsep Formalisme juga menganggap penting berbagai ragam bahasa. Para tokoh membedakan antara ragam bahasa puitik dengan bahasa praktis/prosaik dan ragam bahasa puitik dengan bahasa emotif/emosional. Bagi tokoh formalis, pembedaan tersebut menjadi sangat penting karena masing-masing ragam (pemakaian) bahasa itu memiliki dan menyediakan konteks/tujuan, fungsi, nilai, dan hukum-hukumnya sendiri.
Konsep formalisme yang lain juga menjelaskan bahwa bentuk merupakan sesuatu yang komplet, konkrit atau nyata, dinamis, dan berdiri sendiri. Konsep ini mempercayai bahwa bentuk berhubugan dengan makna yang terkandung pada karya sastra. Jika bentuk diubah maka isi yang terkandung dalam karya sastra akan berubah. Bisa dikatakan bahwa aspek bentuk sangat berpengaruh pada makna atau isi karya sastra.  
Konsep Formalisme selanjutnya ialah gagasan mengenai teknik berhubungan dengan bentuk. Maksud dari konsep ini ialah bahwa persepsi bentuk merupakan hasil dari pemikiran dan pengamplikasian teknik – teknik artistik  khusus yang memaksa pembaca untuk memperhatikan kehadiran bentuk  tersebut. Bentuk dengan menggunakan teknik artistik akan memunculkan kesan pada pembaca. Selain untuk kebutuhan artistik, keberadaan teknik pun dibutuhkan untuk membuat objek yang ingin dideskripsikan.
Selanjutnya, konsep Formalisme menganggap bahwa plot merupakan posisi sebagai struktur. Teori menganai fiksi dan plot perlu diketahui sebagai gagasan yang cukup penting yang dikemukakan oleh para tokoh formalis. Konstruksi plot menjadi subjek dasar yang menyimpan kekhasan pada seni naratif. Salah satu tokoh formalis, Victor Shklovsky, mengatakan bahwa cerita hanya untuk memformulasikan plot, sementara plot itu sendiri menempati posisinya sebagai struktur.

Sumber :

            

1 komentar:

  1. terimakasih sangat bermanfaat, akan lebih menarik jika diberi contoh-contoh dalam karya sastra, agar lebih mudah dipahami

    BalasHapus